Monday, July 17, 2017

Karena Tawamu Menyakitkan Hati




Wahai bocah-bocah yang sedang tertawa bahagia saat membully..

Tahukah engkau,
dibalik tawamu itu ada ribuan bahkan lebih tangisan orang tua anak itu sejak dia didiagnosa autis.

Mungkin,
ada ribuan bahkan jutaan doa yang diucapkan orang tuanya,
agar putranya dijaga Tuhan,
agar putranya sehat dan bahagia,
agar putranya bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.


Mungkin,
entah berapa kali orang tuanya bersujud, bersimpuh, berdoa, memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan putranyaputranya,
entah berapa banyak air Mata mereka tercurah melewati ujianNya.


Mungkin saja,
telah banyak pengorbanan, perjuangan yang dilakukan orang tuanya, keluarganya,
mulai mengajarkan bicara,
memulai dan menjaga diet rotasi makanan,
Bolak-balik mengantarnya terapi dan selalu cemas dengan perkembangannya,
mengenalkan dengan lingkungan dirumah, di sekolah, dimana-mana,
mengajarkan cara bersosialisasi,
membesarkan hatinya sendiri saat pola pengasuhannya dikritik.

Percayalah, itu tidak mudah!

Mungkin,
pernah ada kesedihan orang tuanya saat mengalami penolakan dari sekolah,
hingga akhirnya diterima disekolah yang mau mengerti kondisi anaknya.

Engkau tidak akan pernah tahu dan tidak akan pernah mengerti, berapa sakit hati kami-kami melihat yang engkau lakukan padanya.

Kami tidak mengenal orang tuanya, tapi kami tahu orang tuanya telah berjuang dengan sangat kuat, berjuang amat keras, hingga ananda dapat kuliah.

Aahh...begitu panjang tulisan ini, mengertipun engkau tidak.
Aahh yaa..saya lupa, engkau belum menjadi orang tua.

Semoga orang tuamu bisa mengerti dan mengajarkan kembali cara berempati.

Kami marah...karena yang engkau lakukan seperti menyakiti putra-putri kami.


Kami marah...karena tawamu Menyakitkan hati kami.


*writing is healing

-------------------------------------------------------------------

4 comments:

  1. Tepatnya di kampusku dulu itu Mba, aku juga geram. Gak habis pikir sama tingkah mereka. Kalo aku yg punya kampus udah aku keluarkan itu mereka yg jadi mbah bully.

    Jadi mikir, apa kurang diospek akhlak kali yah adik2 mahasiswa ini. Hedeh

    ReplyDelete
  2. Oh mbak Septia alumni ya, sedih sekali kalau tahu pengalaman ortu2 anak autis membesarkan anaknya Mbak

    ReplyDelete
  3. Jangankan yang masih sekolah, yang udah sarjana pun yang hahah heheh penuh sukacita mem-bully orang lain juga banyak. Miris memang.

    ReplyDelete
  4. Hi Indira, keren sekali blognya!
    😉😊

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar. Mohon tidak memberikan link hidup ya 😊.

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES